27 November 2021 Oleh Jlcmobil
Baterai mobil listrik menjadi salah satu komponen terpenting dalam tatanan sistem elektrifikasi. Jenis baterai mobil listrik yang digunakan menyesuaikan dengan sistem mobil. Mengutip laman Nissan, terdapat berbagai jenis baterai mobil listrik dengan karakteristiknya yang berbeda, seperti:
1.
Lithium-ion (Li-ion)
Baterai ini menjadi salah satu baterai yang
paling banyak digunakan oleh kendaraan listrik yang diproduksi. Baterai ini
memiliki rasio daya terhadap berat yang sangat tinggi. Baterai ini pun memiliki
efisiensi energi tinggi dengan performa dalam menghadapi suhu tinggi yang juga
baik. Baterai Li-ion juga mempunyai rasio energi yang lebih besar per berat.
Pengisian daya baterai ini juga cepat,
bertahan lama dan kepadatan daya yang tinggi untuk kekuatan baterai yang lama
pada kemasaan yang lebih ringan. Baterai ini juga memiliki tingkat
“self-discharge” yang rendah, sehingga lebih baik daripada jenis baterai
lainnya untuk mempertahankan kemampuan dalam menahan muatan penuh.
Nissan mengungkapkan bahwa mobil BEV
(Battery Electric Vehicle) dan PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) adalah
jenis mobil listrik yang paling banyak menggunakan baterai jenis ini.
2.
Nickel-metal hydride (NiMH)
Baterai ini menggunakan hidrogen dalam
menyimpan energi dengan nikel dan logam lain (seperti titanium) menjaga tutup
ion hidrogen. Baterai Nimh dinilai memiliki siklus hidup atau usia pakai yang
lebih lama dibandingkan dengan Lithium-ion.
Tidak hanya itu, baterai ini relatif lebih
mudah untuk didaur ulang karena mengandung sedikit bahan yang beracun untuk
lingkungan. Namun, baterai mobil listrik jenis NiMH cenderung relatif lebih
mahal dengan tingkat self-discharge yang tinggi, dan menghasilkan panas
signifikan.
Baterai NiMH lebih banyak digunakan oleh kendaraan
listrik hibrida (HEV).
3.
Lead-acid
Nissan menjelaskan baterai SLA (lead-acid)
menjadi salah satu baterai isi ulang tertua dibandingkan baterai lithium dan
NIMH. Baterai ini cenderung murah dan aman, walaupun tidak memiliki kapasitas
bersaing dan jauh lebih berat.
Baterai jenis ini digunakan untuk kendaraan
komersial sebagai sistem penyimpanan sekunder dengan masih terus dikebangkan
untuk mobil listrik berkapasitas besar.
4.
Nickel-cadmium
Baterai ini memiliki kepadatan dalam
penyimpanan yang signifikan dan msa pakai di 500 hingga 1.000 siklus dalam
pengisian daya.
Baterai ini cenderung berat dengan sangat
rentang terhadap efek memori, yaitu sebuah fenomena fisik berupa penurunan
kinerja baterai jika mengalami siklus "pengosongan" sebagian.
Baterai Ni-Cd pada mobil listrik cenderung
digunakan dalam produksi 1990-an. Tapi saat ini dilarang akibat toksisitas kadmium.
5.
Solid-State
Baterai jenis ini digunakan dalam
menghilangkan elektrolit cair berat yang hidup di dalam baterai lithium-ion.
Penggantinya adalah elektrolit padat yang bisa berupa gelas, keramik, atau bahan
lainnya.
Keseluruhan struktur, pengeluaran energi,
hingga cara mengisi ulang dari baterai ini cenderung mirip dengan lithium-ion
tradisional.
Baterai jenis ini umumnya telah digunakan
pada perangkat kecil seperti alat pacu jantung, perangkat yang dapat dikenakan,
hingga RFD dengan harapan dalam kemampuan untuk penggunaan di mobil listrik.
6.
Ultracapacitor
Menurrut Nissan, berbeda dengan yang
lainnya, jenis baterai ini digunakan dalam menyimpan cairan terpolarisasi antara
elektroda dan elektrolit.
Baterai jenis Ultracapacitor sangat cocok
sebagai perangkat penyimpanan sekunder pada kendaraan listrik karena membantu
baterai elektrokimia meningkatkan tingkat bebannya.
Baterai ultracapacitor juga dapat
memberikan tenaga tambahan untuk kendaraan atau mobil listrik selama akselerasi
dan pengereman regeneratif.